NPM, Manado – Selasa 28 November 2023 merupakan hari pertama kampanye pemilu. Kegiatan ini akan berlangsung 75 hari atau sampai 10 Februari 2024.
Kegiatan kampanye merupakan kegiatan yang cenderung rawan dibanding tahapan lainnya.
Pengamat Politik Sulawesi Utara, Ferry Daud Liando menilai, kerawanan dapat saja terjadi karena, pertama kampanye melibatkan pendukung dengan jumlah yang sangat banyak.
“Sebab, mengendalikan sikap atau emosi massa yang secara kebetulan bersinggungan dengan pendukung kontestan yang lain bukanlah perkara mudah,” kata Liando, Senin (27/11/2023).
Kedua, lanjut Ferry, kampanye juga memanfaatkan media sosial dalam menyebarkan informasi mengenai kontestan dan kandidat.
Lagi pula, pemanfaatan media sosial yang cenderung bebas menyebabkan penyebaran informasi yang sifatnya hoax, fitnah maupun sentimen suku agama dan ras sulit terkontrol.
Lebih lanjut, Ferry menyampaikan adanya penyebaran infomasi kampanye yang tidak terkontrol bisa menyebabkan terjadi konflik.
Ketiga alokasi waktu dan lokasi kampanye sangat terbatas. Pada pemilu 2019, masa kampanye berlangsung hampir 7 bulan dan pemilu 2024, masa kampanye hanya berlangsung selama 75 hari.
“Akibatnya para kontestan akan berlomba-lomba berkampanye memanfaatkan peluang agar mendapatkan waktu kampanye yang cukup,” ucap Ferry.
Disatu sisi, bisa terdapat potensi adanya peserta dan atau kandidat yang berkampanye tidak dalam waktu yang dijadwalkan KPU, serta saling rebutan lokasi dalam pemasangan alat peraga kampanye.
Pengalaman pada pemilu sebelumnya, terdapat banyak pelanggaran yang terjadi pada saat kampanye. Seperti melakukan kampanye di luar jadwal, peserta pemilu melakukan sosialisasi dengan sebelum daftar calon ditetapkan dan sebelum tahapan kampanye di mulai.
Beredarnya berita hoax di media sosial, kampanye yang menyinggung politisasi SARA, beredarnya politik uang pada masa kampanye, mobilisasi peserta kampanye.
Kemudian pelibatan pihak-pihak yang dilarang sebagai peserta kampanye, serta muncul konflik horizontal antar pendukung Peserta Pemilu.
“Semoga tahapan kampanye dapat diisi dengan adu gagasan, bukan adu kelicikan menghalalkan segala cara untuk menang,” imbuhnya. (don)