NPM, Manado – Batik Keke kian berinovasi. Tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga pilihan fashion yang stylish dan modern.
Owner Theresia Kaunang terinspirasi paman nya Alm Dominique Kaunang. Ia mengikuti jejak sang paman sebagai perancang busana terkenal.
Alm Dominique Kaunang ketika masih hidup berkiprah di London dengan mengangkat desain Patch Work. Rancangan busananya mengusung sustainable fashion.
Nama besar Theresia dengan “batik keke” pun sudah hampir mencapai 70 desain dengan berbagai warna pilihan terbaik.
Batik keke mulai merambah tenun dengan merekrut pengrajin dari Jawa dan Ende (tempat almarhum tantenya berdomisili ketika masih aktif menjadi ibu bupati maumere) dengan sebutan “tenun keke”.
Theresia melatih pengrajin asal Sulawesi Utara untuk menenun dan membuat handycraft lainnya yang berasal dari bahan-bahan di kebun yang tidak terpakai untuk dijadikan handycraft sekaligus memperkaya kearifan lokal Sulawesi Utara.
Batik keke sebagai hasil karya autentik dengan motif-motif ciri khas Sulawesi Utara menunjukan bahwa kekonsistenan dalam berkarya pasti akan membuahkan hasil.
Selain 3 brand baju dewasa juga berkreasi dengan brand kekinian anak dan kaos.
Untuk melengkapi koleksi “galeri noni keke” diciptakan juga topi, tas kombinasi batik keke dan kulit sapi, tas bahan dasar rotan serta aksesori untuk souvenir dengan mengusung brand “keke craft”
Sastra dan kerajinan tangan yang diciptakan selain menyalurkan hobby juga untuk mendukung program pariwisata di sulawesi Utara.
Batik Keke menawarkan berbagai koleksi batik dengan motif khas Sulawesi Utara, seperti tarian kabasaran, burung manguni, dan flora fauna laut.
Lebih hebat lagi, batik Keke telah mendapatkan pengakuan internasional dengan berpartisipasi dalam acara World Expo dan mendapatkan perhatian dari buyer luar negeri.
Dengan inovasi dan dedikasi yang ditunjukkan oleh Theresia Kaunang, Batik Keke diharapkan dapat terus berkembang dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya dan kearifan lokal Sulawesi Utara. (don)
