Syukuran Hari Santri, Ulyas Taha: Ponpes  Identik dengan NU

SYUKURAN: Pelaksanaan syukuran Hari Santri di aula Kemenag Sulut. Tampak Ulyas Taha memberikan sambutan. Foto istimewa

NPM, MANADO – Kepala Kantor Kementerian Agama Sulut Dr Drs KH Ulyas Taha menegaskan, Kanwil Agama Sulut sangat peduli terhadap kehadiran  pondok pesantren.

“Alasannya karena pondok pesantren sangat identik dengan Nahdlatul Ulama,” katanya saat syukuran Hari Santri, di aula Kanwil Agama Sulut, Minggu, 19 Oktober 2025.

Memang diakuinya bahwa pondok pasantren bukan baru sekarang hadir di Indonesia.

Sebelum Indonesia merdeka pondok pesantren  sudah lahir duluan.

Kalau melihat sejarah yang ada, jarak keberadaan pondok pesantren dan pengakuan pemerintah, waktunya sangat jauh berbeda.

Pemerintah baru mengakui keberadaan pasantren lewat surat keputusan Presiden No 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri.

Dengan jarak waktu bagitu jauh kata Kakanwil, perkembangan pondok pasantren tetap berkembang dan maju begitu pesat.

Misalnya, untuk Sulawesi Utara sekarang ini tercatat 38 pondok pesantren, PKPPS 2 lembaga, MDT 51 lembaga dan LPQ 859 lembaga.

Total jumlah santri 2.527 santri dan jumlah ustadz 1.171 orang.

Semua Ustadz ini tambah Ulyas Taha, mengabdi di pesantren yang dikelola swasta.

Karena tidak ada pondok pasantren yang berstatus sekolah negeri.

Dijelaskan, dalam jajaran Kementerian Agama terdapat satu Direktorat Pesantren yang sekarang ini membina 104.204 Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) dan 194.901 lembaga pendidikan Al-Qur’an (LPQ).

Untuk menjamin agar pesantren lebih bermutu maka status Direktorat Pesantren akan dinaikkan levelnya menjadi Direktorat Jenderal Pesantren.

“Ini artinya, bahwa pondok pasantren sekalipun dikelola pihak swasta, namun tetap mendapat perhatian khusus oleh pemerintah. Ini kabar gembira lho,” kata Taha.

Taha berharap agar peran pondok pasantren harus terus berinovasi dan bangkitkan rasa aman setiap santri ketika berada dalam kelas.

Jika tidak ada jaminan rasa aman, pasti minat orang tua murid untuk menyekolahkan anaknya di pondok pesantren akan berkurang.

Sebagai contoh peristiwa yang terjadi di pondok pasantren Al-Khoziny Baduran Sidoarjo Jatim yang menelan korban meninggal 67 santri.

Kapala Bidang Agama Islam Kanwil Agama Sulut Ahmad Sholeh melaporkan, kegiatan ini bekerjasama dengan pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulut.

Temanya “Mengawal Indonesia Merdeka menuju peradaban dunia”.

Ini mengandung makna peran strategis santri dalam perjalanan bangsa.

Sebab santri hadir sebagai penjaga moral dan mengembangkan peradaban bangsa.

“Melalui nilai luhur yang diwariskan para lama, santri diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata bagi terwujudnya peradaban dunia,” jelasnya.

Turut hadir Rais PWNU Sulut Drs KH Sya’ban Mauluddin serta Ketua MUI Sulut KH Abd Wahab Abd Gafur. (rud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *