Diabetes Melitus Jadi Ancaman Global, Kemenkes Lakukan Langkah Pencegahan

Pelatihan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan. Foto istimewa

NPM, Manado – Diabetes Melitus (DM) saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan global.

Berdasarkan penyebabnya, DM dapat diklasifikasikan menjadi empat (4) kelompok, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lain. Pada kurikulum ini, DM yang dibahas adalah yang terkait dengan DM tipe 2.

Hal ini menjadi dasar Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan, Kementerian Kesehatan RI dan PT Novo Nordisk Indonesia menggelar Pelatihan Edukator Diabetes Nasional Tingkat Dasar bagi Tenaga Kesehatan Angkatan 1, yang dipusatkan di Hotel Formosa, Kota Manado, Sulut sejak tanggal 17 hingga 23 Juli 2025.

Direktur Pelayanan Klinis Kementerian Kesehatan RI, Dr. Obrin Parulian, M.kes saat membuka kegiatan pelatihan secara daring mengungkapkan, berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Organisasi WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah orang dengan DM tipe 2 (selanjutnya disebut diabetesi) yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang.

“Badan kesehatan dunia WHO memprediksi kenaikan jumlah diabetesi di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Prediksi International Diabetes Federation (IDF) juga menunjukkan bahwa pada tahun 2019 – 2030 terdapat kenaikan jumlah diabetesi dari 10,7 juta menjadi 13,7 juta pada tahun 2030,” terangnya pada pelatihan yang menghadirkan narasumber dari Tim Edukator Diabetes Nasional dari RSCM dan RS Fatmawati.

Ditambahkannya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa dengan prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural, sehingga diperkirakan pada tahun 2003 didapatkan 8,2 juta diabetesi di daerah rural.

“Pola pertambahan penduduk, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia 20 tahun dan dengan prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan akan terdapat 28 juta diabetesi di daerah urban dan 13,9 juta di daerah rural. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5%,” ungkap Parulian.

Data-data tersebut, lanjut dia, menunjukkan bahwa jumlah diabetesi di Indonesia sangat besar dan merupakan beban yang berat untuk dikendalikan oleh pasien, keluarga, masyarakat, bahkan negara. Penyakit DM merupakan beban berat bagi diabetesi itu sendiri, keluarga, masyarakat, bahkan negara karena penyakit DM memberikan dampak terhadap kualitas hidup sumber daya manusia (diabetesi) dan meningkatnya biaya kesehatan yang cukup besar.

“Kualitas hidup diabetesi menurun karena komplikasi yang terjadi akibat DM yang tidak terkendali dapat berupa gangguan pada sistem pembuluh darah dan gangguan pada sistem saraf. Saat diabetesi telah mengalami komplikasi komplikasi tersebut, aktivitas dan produktivitas mereka menjadi terhambat, yang akhirnya berdampak pendapatan finansialnya menurun,” katanya.

“Misal: diabetesi menjadi mudah lelah sehingga tidak dapat lagi bekerja mencapai jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh perusahaan tempat diabetesi bekerja, sehingga gaji yang didapatkan menjadi berkurang; ditambah lagi bila sudah mengalami komplikasi akibat DM, biaya pengobatan juga menjadi bertambah. Penyakit DM juga merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup oleh diabetesi, sehingga selain pemerintah dan tim tenaga kesehatan, peran serta diabetesi sendiri dan keluarganya sangat penting dalam upaya penanggulangan DM, khususnya upaya pencegahan, termasuk pencegahan tersier. Upaya pengendalian DM difokuskan pada meningkatkan kualitas hidup diabetesi yang ditujukan pada (1) tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan terkait DM, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut; (2) tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati; (3) tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, diabetesi dan keluarganya perlu diberikan edukasi yang komprehensif. Melalui edukasi yang komprehensif diharapkan dapat mempengaruhi banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang terserap, sikap mereka terhadap diabetes, motivasi untuk menerapkan perawatan mandiri diabetes yang tepat, keinginan dan kemampuan untuk mengubah perilaku dan tingkat penyesuaian diri secara psikososial terhadap diabetes,” tambahnya.

Salah satu peserta Pelatihan tersebut, Vivi Suryaningsih Suratman, A.Md.Kep, Peserta dari RSUD Otanaha Gorontalo yang ditemui usai giat ini mengaku, Pelatihan tersebut memberikan manfaat terbaik bagi tenaga kesehatan.

“Manfaat terbaik yang didapatkan adalah peningkatan kemampuan, penguatan kemahiran komunikasi dengan pasien dan keluarga untuk melakukan edukasi diabetes dengan pendekatan yang lebih personal dan menyeluruh, termasuk pengaturan pola makan, olahraga, penggunaan obat, pemantauan mandiri gula darah, serta perawatan kaki diabetes. Hal ini jelas menjadi faktor kuat untuk meningkatkan kualitas hidup dan dukungan kepada pasien diabetes, sehingga diharapkan dapat mengurangi komplikasi lanjut kepada penderita pasien diabetes melitus,” kuncinya.

Vivi yang juga Mahasiswa S1 Keperawatan Non Reguler Keperawatan di Universitas Negeri Gorontalo ini menjelaskan, kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu Program Kementrian Kesehatan Non KJSU untuk mempermudah layanan pengampuan dengan meningkatkan akses dan mutu layanan salah satunya layanan penyakit Diabetes Melitus.

“RSUP Kandau Manado sebagai RS Pengampu khusus regional bagian timur dan Beberapa RS Madya sebagai Rumah Sakit yang diampu, salah satunya RSUD Otanaha Kota Gorontalo,” pungkasnya.

Diketahui, Pelatihan Edukator Diabetes Nasional ini juga menghadirkan sejumlah Pemateri, diantaranya, Prof. Dr. dr. Karel Pandelaki, Sp.PD-KEMD, dr. Bisuk P. Sedli, Sp.PD-KEMD, dr. Diana Paparang, Sp.GK, yang merupakan Tim Edukator Diabetes Nasional dari RSUD Prof. Kandou Manado. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *