NPM, Manado – Program pemerintahan Presiden Prabowo Gibran berupa pemberian Makanan Bergizi Gratis (MBG) terus dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Utara termasuk di Kota Manado.

Buktinya, Pemerintah bersama pihak swasta yayasan serta sejumlah mitra dan relawan meluncurkan Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terletak di Kecamatan Malalayang II.
Terkonfirmasi dapur ini menjadi salah satu Pilot Project di Kota Manado dalam program Nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Tampak peresmian diawali dengan ibadah syukur yang dipimpin oleh Pdt Yeni Buyung Mogalin MPH kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Dinas Pangan Kota Manado, Ir Meisje Wolla MSi yang mewakili Wali Kota Manado Andrei Angouw.
Tampak ikut hadir sejumlah tokoh masyarakat serta Ketua Gerindra Kepulauan Sangihe Ferdinand Mangumbahang, Ketua SPPG Malalayang II Efraim Yusuf Prasetyo Teola, serta Ketua Yayasan Cahaya Islands Nusantara Indah Priscilia Lydia Regina Rantung SE MM.
Menurut Meisye Wola, program (MBG) bukan hanya sekedar bantuan pangan, melainkan investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama tumbuh kembang anak sekolah, balita dan ibu ibu hamil.
“Anak-anak adalah aset bangsa. Dengan memastikan mereka mendapat makanan yang bergizi dan higienis, kita sedang membangun masa depan yang sehat dan kuat,” tegasnya.
Mantan Kepala Dinas Perindag ini juga mengajak seluruh pihak yang terlibat mulai dari tenaga dapur, ahli gizi, relawan hingga kepala sekolah untuk menjalankan program ini dengan disiplin dan penuh tanggung jawab.
“Mari kita dukung program Presiden Prabowo Subianto ini dengan mendukung pemberian Makanan Bergizi Gratis (MBG),” tandasnya
Sementara itu Ferdinand Mangumbahang mengatakan, dapur MBG ini merupakan Pilot Project sehingga pelayanannya harus Sempurna.
Bahkan Ketua DPC Gerindra Sangihe, Ferdinand Mangumbahang, yang juga ikut terlibat sebagai mitra dalam pelaksanaan program ini menegaskan, bahwa dapur (MBG( Malalayang II menjadi salah satu model pertama di Kota Manado yang akan menjadi acuan bagi daerah lain.
“Saya pikir ini SPPG pertama di Manado yang benar-benar berjalan. Jadi harus jadi contoh. Dari sini kita tahu bagaimana pola, tahapan, dan cara yang benar sesuai juknis dari Badan Gizi Nasional,” ujar Ferdinand.
Iapun menambahkan bahwa sejak kasus keracunan makanan di beberapa wilayah Jawa, pemerintah kini memperketat pengawasan dan mewajibkan setiap dapur (MBG) untuk memiliki sertifikat keamanan pangan.
“Sekarang setiap dapur wajib punya sertifikat ‘safe’ dan juga sertifikat layak higienis sanitasi. Dan air minum harus diuji di laboratorium, dapur harus bersih, dan semua tenaga harus tersertifikasi agar supaya kejadian seperti di Pulau Jawa tidak terulang kembali,” pintanya.
Selain itu katanya kalau anggaran untuk satu porsi Rp10 ribu, maka seluruhnya harus dipakai untuk bahan makanan.
Tidak ada potongan dan untuk anak SD atau PAUD mungkin Rp8 ribu, kualitasnya dipastikan sama bergizi dan layak.
Dapur Malalayang II akan melayani sekitar 1.000 anak dari 7 hingga 8 sekolah di wilayah tersebut. Jumlah itu bisa bertambah seiring kelengkapan sertifikasi keamanan pangan
“Kalau semua syarat sudah lengkap, baru bisa ditambah jadi dua atau tiga ribu porsi per hari. Tapi kita mulai dari yang pasti dan terjamin kualitasnya,” pungkas Ferdinand.
Pernyataan serupa dilontarkan oleh Ketua (SPPG) Malalayang II, Efraim Yusuf Prasetyo Teola, bahwa dapur (MBG) dikelola secara profesional dengan dua juru masak bersertifikat dari Persatuan Chef Profesional Indonesia (PCPI), berstandar BNSP.
“Setiap dapur harus memiliki minimal dua chef bersertifikat, agar kalau satu berhalangan, yang lain bisa menggantikan. Kami juga sudah mengikuti pelatihan sanitasi dari Dinas Kesehatan,” terang Efraim.
Diapun menambahkan bahwa pelaksanaan di lapangan diawasi oleh koordinator kecamatan, yang berkoordinasi langsung dengan koordinator wilayah dan dinas terkait untuk memastikan distribusi makanan berjalan sesuai SOP.
Sementara itu Ketua Yayasan Cahaya Islands Nusantara Indah, Priscilia Lydia Regina Rantung SE MM menyebutkan motivasi utamanya bergabung dalam program ini adalah panggilan kemanusiaan.
“Kami ingin anak-anak Indonesia tidak lagi kekurangan gizi. Banyak keluarga di pelosok yang sulit makan tiga kali sehari. Dan program ini sangat membantu mengisi kesenjangan itu,” ungkapnya.
Selain itu, ia berharap dapur (MBG) nantinya secara kontinu kedepan mampu menjadi ruang pelayanan sosial yang dikelola dengan kasih, profesionalisme, dan tanggung jawab moral.
“Kami bekerja bukan karena program ini populer, tapi karena kami percaya melayani sesama adalah ibadah,” katanya.
Alhasil sinergitas Pemerintah Daerah dan Relawan serta dapur MBG di Malalayang II diharapkan akan menjadi model pelaksanaan terbaik di Kota Manado dengan sistem pengawasan, manajemen dan sertifikasi yang bisa direplikasi di kecamatan lain.
Pemerintah Kota Manado menyambut positif langkah ini sebagai bagian dari upaya menekan angka kekurangan gizi dan memperkuat ketahanan pangan daerah.
Acarapun diakhiri dengan doa bersama dan penandatanganan (MoU) antara pengelola SPPG, pihak sekolah, dan mitra yayasan menandai dimulainya operasional dapur yang akan melayani ribuan siswa setiap hari.
“Kami yakin, dari dapur sederhana di Malalayang ini, lahir generasi Manado yang sehat, cerdas, dan kuat,” pungkas Wola.
(Rogam)













