NPM, Manado – Di tengah semangat tahun ajaran baru 2025/2026, sebuah pemandangan memilukan terjadi di SMA Negeri 6 Manado.
Saat ratusan siswa baru mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di berbagai sekolah di Kota Manado, hanya enam siswa baru yang tampak hadir mengikuti MPLS di sekolah negeri ini.
Data dari pihak sekolah menunjukkan, sejak dibukanya Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025, hanya delapan siswa yang mendaftar ulang di SMA Negeri 6 Manado.
Saat MPLS dimulai pada Senin (14/07), hingga Rabu (16/07), hanya enam siswa yang hadir, satu sakit, dan satu lainnya masih dalam perjalanan.
Kepala SMA Negeri 6 Manado Sammy Prang SPd tak menampik kondisi ini.
Menurunnya jumlah siswa sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
“Sejak saya menjabat, jumlah siswa tidak pernah lebih dari 50 orang. Tahun ini, yang masuk hanya delapan orang,” ujar Sammy saat diwawancarai newposkomanado.id, Rabu (16/07/2025).
Katanya, sistem zonasi atau domisili turut memengaruhi jumlah pendaftar. Sekolah yang berada di luar pusat kota cenderung kurang diminati.
“Dampaknya cukup signifikan. Siswa yang datang semakin sedikit tiap tahun. Tapi kami tetap semangat memberikan pendidikan terbaik bagi mereka,” tuturnya.
Meski sepi, pihak sekolah tetap melaksanakan MPLS secara penuh.
Keenam siswa baru itu mendapatkan perhatian dan bimbingan layaknya peserta MPLS di sekolah lain.
“Kami tidak membeda-bedakan. Justru mereka kami prioritaskan agar merasa nyaman dan yakin bahwa mereka tidak salah memilih sekolah,” tambah Sammy.
Kondisi ini menyoroti tantangan besar dunia pendidikan di Sulawesi Utara, terutama di sekolah-sekolah negeri yang berada di pinggiran kota atau tidak populer.
Fenomena rendahnya minat terhadap sekolah tertentu bukan hanya soal fasilitas atau lokasi, tetapi juga menyangkut persepsi masyarakat terhadap kualitas pendidikan yang perlu dibenahi bersama.
Apakah sekolah-sekolah seperti SMA Negeri 6 Manado akan terus “DILUPAKAN” oleh sistem.
Mungkinkah ini menjadi panggilan untuk semua pihak Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan, Masyarakat, dan Media untuk bergerak bersama membangun keadilan pendidikan di seluruh wilayah Sulawesi Utara.
Karena pada akhirnya, setiap anak Indonesia di mana pun mereka bersekolah berhak mendapat pendidikan yang berkualitas, tanpa memandang jumlah siswa di ruang kelas mereka. (dio)