Puan Maharani Ajak Mahasiswa Membumikan Pancasila di era Modern

Ketua DPR RI Puan Maharani didampingi Gubernur Olly pada kegiatan Dies Natalis GMKI ke 72. (ist)

NEW POSKO MANADO – Dalam rangkaian kegiatan kunjungannya ke Sulawesi Utara, Ketua DPR RI Puan Maharani didampingi Sulut Gubernur Olly Dondokambey menghadiri Dies Natalis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ke-72 yang diselenggarakan di Universitas Sam Ratulangi Manado, Rabu (9/02/2022).

Puan berkesempatan membawakan orasi ilmiah dan mengajak para mahasiswa untuk bisa membumikan Pancasila di era modern. Menurutnya, generasi muda memiliki peranan penting dalam pembangunan Indonesia sehingga harus selalu mengedepankan Pancasila sebagai jati diri bangsa.

“Selamat Dies Natalis ke-72 kepada Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, yang dalam kurun waktu usianya sudah turut melahirkan putra dan putri terbaik bangsa,” ujar Puan mengawali orasi ilmiahnya.

Mengutip pidato Proklamator Kemerdekaan RI Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Puan menyebut bahwa mendirikan suatu negara adalah bagi semua pihak, bukan untuk satu kelompok atau satu golongan, melainkan semua buat semua.

“Untuk itu peran aktif kader-kader GMKI beserta seluruh elemen bangsa menjadi sumber energi besar bangsa Indonesia untuk selalu ada dan bergerak maju. Ditambah dengan gelora semangat Pancasila yang terus ada di hati segenap rakyat Indonesia, Saya yakin hal ini bisa kita wujudkan,” ucapnya.

Puan menjelaskan, Pancasila akan mampu membawa Indonesia untuk tetap melangkah maju meski seberat apapun tantangan yang ada. Olehnya itu, Pancasila sebagai dasar berdirinya Indonesia harus terus dipertahankan agar bangsa yang penuh keragaman dalam dekapan Ibu Pertiwi dapat selalu bersatu.

“Pancasila sebagai philosophiegrondslag, berarti Pancasila adalah jiwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Meninggalkan Pancasila, sama halnya mencabut jiwa bangsa dan negara,” bebernya.

Dirinya mengungkapkan, menghilangkan Pancasila selain akan berdampak pada hilangnya perekat dan pemersatu bangsa Indonesia, dapat pula menghilangkan karakter Indonesia sebagai bangsa yang ramah, toleran, dan bergotong-royong.

“Pancasila sebagai jiwa bangsa, tidak semata-mata ditempatkan sebagai slogan, simbol, dan semacamnya. Akan tetapi bagaimana Pancasila sebagai jiwa bangsa, terus dirawat, diperkuat, dan diwujudkan dalam cara berpikir, berperilaku, dan berkarya bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” tekannya.

“Karena itu dalam kesempatan ini Saya minta kepada kader-kader GMKI dan seluruh generasi muda Indonesia untuk bisa melahirkan ide-ide baru dan inovasi dalam membumikan Pancasila di era modern ini. Tunjukkan bahwa di dalam Pancasila ada jawaban-jawaban yang dapat menjawab permasalahan-permasalahan masa kini dan masa depan,” ajak Puan.

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa berbagai ideologi, cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup, dengan mudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang belum tentu sesuai dengan jati diri Indonesia, terlebih di era globalisasi saat ini di mana kemajuan teknologi dan industri semakin cepat dan dinamis.

“Tentu saja kita tidak anti budaya asing. Kita tidak dapat mengisolasi diri dari pengaruh budaya asing. Akan tetapi dengan kepribadian jiwa bangsa yang kuat, maka budaya asing dapat disaring dan dilarutkan dalam kebudayaan nasional,” terangnya.

Terkait hal tersebut, Puan menegaskan bahwa negara harus dapat menjamin bahwa Pancasila mampu mengisi seluruh tatanan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan kehidupan beragama. Dengan demikian, ideologi dan budaya yang masuk tidak merusak sendi-sendi Pancasila.

“Diperlukan adanya komitmen dan tanggung jawab bersama dari segenap elemen bangsa, termasuk GMKI, untuk tetap menjaga Pancasila,” pungkasnya. (don)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *