Catatan: Vendry Rorimpandey, Pelatih Sepak Bola
NEW POSKO MANADO, MINSEL – Setelah melalui kajian panjang oleh pemikir-pemikir sepakbola di Indonesia, pada tahun 2017 Filanesia dicetuskan oleh federasi sepakbola Indonesia yaitu PSSI sebagai kurikulum dan juga menjadi gaya bermain sepakbola Indonesia. Program ini juga disesuaikan dengan budaya, postur tubuh dan kemampuan fisik rata-rata orang Indonesia.
Tahun 2018 saya bergerilya mencari program ini kepada rekan-rekan pelatih senior dan rekan-rekan pelatih yang lebih muda yang sudah ikut kursus pelatih dengan program ini. Karena memang lisensi kepelatihan saya masih yang lama belum disentuh dengan program ini.
Sejak saat itu saya pelajari program ini secara otodidak. Jika ada yang kurang saya pahami, saya berinisiatif bertanya kepada senior-senior via telepon selular maupun internet. Sampai mungkin ada senior-senior di PSSI pusat yang sudah bosan dan geram dengan “gangguan” saya tersebut yang hampir tidak mengenal waktu lagi.
Siang maupun malam saya sering lupa diri menelepon mereka karena sangking getolnya mempelajari program ini.
Tahun 2019 saya diberi kesempatan oleh pengurus Persminsel dan Askab PSSI Minsel saat itu untuk melatih tim Liga 3 dan tim daerah untuk Porprov Sulut. Inilah generasi pertama program filanesia di Minsel.
Saat itu kami gagal lolos fase grup di 2 kegiatan tersebut. Tapi salah satu pelatih senior terbaik di sulut dan beberapa rekan pelatih club anggota PSSI Sulut bahkan penonton mengakui gaya bermain kami.
Saat itu saya lebih tertantang untuk terus mempelajari program ini dan lebih tertantang untuk mengembangkan pemain-pemain Minsel dengan program ini.
Tahun 2020 Indonesia tidak terlepas dari serangan Covid 19 yang mendunia. Generasi filanesia Minsel ter ‘lewat’ kan momentum untuk berbicara banyak di pentas sepakbola Sulut.
Tahun 2021 beberapa pemain intinya sudah tidak bisa bergabung karena lewat usia. Di event liga 3 tahun itu gabungan pemain baru dan lama membuat gebrakan dengan menciptakan 17 gol dan hanya kemasukan 5 gol dengan hukuman kartu paling minim di grup 3 Minahasa Raya dari hanya 5 pertandingan. Tapi masih saja tidak lolos dari fase grup karena regulasi Head to Head.
Tahun 2022 ini, dengan berbekal pemain-pemain usia dibawah 17 tahun yang sudah saya bina dengan program filanesia pada 3 tahun terakhir ini, kami sukses menjuarai Soeratin Cup U-17 putaran propinsi Sulawesi Utara.
Pesan moralnya, jangan pernah berhenti belajar, dan jangan pernah menyerah. Tetap rendah hati, tapi jangan pernah merasa rendah diri. Status boleh amatir. Tapi tata kelola dan pola pikir harus profesional. Minsel berubah, Minsel maju. (*)