NPM, Minut – Sejak pertengahan tahun 2000-an, Indonesia memperkenalkan penerapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang merupakan penetapan sebuah kawasan tertentu yang diberikan kebijakan dimana peraturan bisnis dan perdagangannya berbeda dengan wilayah lain di Indonesia, sebagai upaya untuk menarik investasi di sektor-sektor seperti: manufaktur, pertanian, sumber daya alam, dan pariwisata.
Konsep dasar KEK Indonesia adalah untuk mengembangkan dan menyiapkan kawasan hingga memungkinkan kawasan tersebut memiliki aksesibilitas terhadap pasar global, dan dirancang untuk memaksimalkan program, serta kegiatan di kawasan tersebut dengan keberlanjutan nilai ekonomi yang tinggi.
Pada tahun 2019, Likupang, Sulawesi Utara secara resmi ditetapkan sebagai salah satu dari 15 KEK di tanah air.
Likupang merupakan bagian dari empat lingkup biogeografi yang penting, yaitu:
• Lingkaran Api Pasifik (The Ring of Fire)
• Kawasan Botani Wallacea (The Wallacea Botanical Region)
• Jalur Wallace-Weber (The Wallace-Weber Line)
• Segitiga Terumbu Karang (The Coral Triangle)
Akibatnya, kawasan ini dikenal memiliki tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di seluruh Asia Tenggara, dan para peneliti kini memperkirakan jumlah Takson per km2 lebih tinggi dibandingkan Amazon Rain Forest.
Bahkan, jumlah spesies karang per km2 lebih tinggi dibandingkan dengan The Great Barrier Reef di Australia.
Oleh karena itu, pada saat bersamaan dengan ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sektor pariwisata, Likupang juga dinyatakan sebagai salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas Indonesia.
“Kemajuan KEK Likupang dapat terwujud karena adanya kesadaran bersama dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat. Proyek ekowisata ini akan menjadi standar dan kerangka bagi semua model pariwisata masa depan di seluruh Indonesia. dan Konservasi harus selalu menjadi bagian integral dari pariwisata,” jelas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno.
Mengingat keunikan lingkungan alam, warisan budaya, dan perkembangan ekonomi ini, para pengembang KEK Likupang, PT Minahasa Permai Resort Development (PT MPRD), telah menyiapkan konsep rencana jangka panjang agar KEK Likupang menjadi kawasan wisata regeneratif yang mengintegrasikan alam, budaya, dan manusia.
“Sebagai pendekatan holistik yang sadar terhadap pentingnya kolaborasi dan koordinasi, kami menjembatani unsur penelitian dan pengembangan dengan pilar Ekonomi Sirkular, Konservasi, Infrastruktur Sosial, dan Ekowisata dengan menciptakan laboratorium penelitian, untuk memungkinkan sinkronisitas institusi nasional serta badan internasional lainnya.
Laboratorium penelitian ini akan menjadi wadah ilmiah bagi para peneliti di Kawasan Likupang untuk kajiannya terhadap lingkungan yang ada,” jelas Direktur Operasional Pengembangan PT Minahasa Permai Resort, Paquita Widjaja Rustandi.
“Hal ini tidak akan hanya bermanfaat bagi para peneliti dan ilmuwan di bidang Biologi Terestrial dan Kelautan, Pertanian, Akuakultur, Antropologi, dan lain-lain, tetapi juga bagi Sosiolog, Antropolog, dan para pemangku kepentingan lainnya,” tambahnya.
Untuk mengembangkan sektor ekonomi dan lingkungan secara berkelanjutan, PT MPRD telah menciptakan empat pilar di atas untuk mendukung proyek tersebut, yang meliputi:
1. Ekonomi Sirkular
Di dunia modern yang didukung dengan kemajuan teknologi yang pesat, manusia kini relatif dapat merasakan gaya hidup yang lebih nyaman, dengan adanya berbagai macam kemudahan untuk memperoleh kebutuhannya, dimanapun dia berada. Namun karena hal ini juga, manusia era ini menghasilkan lebih banyak limbah produk dibandingkan sebelumnya, dengan “pulau-pulau” besar yang terbuat dari botol plastik yang mengapung dan hanyut di lautan kita.
Dampak negatif ini dapat dengan mudah terlihat pada sektor pariwisata, karena pantai-pantai kita yang tadinya putih bersih, kini dipenuhi dengan sampah plastik. Laut kita pun yang dulunya berwarna biru laut kini menjadi hijau dan penuh dengan alga, ditambah lagi dengan terus berkurangnya populasi flora dan fauna nasional kita.
Namun, hal ini tidak perlu terjadi. Dengan Ekonomi Sirkular yang direncanakan oleh PT MPRD, sampah yang dihasilkan sektor pariwisata dapat digunakan kembali, didaur ulang, dan dimanfaatkan kembali untuk pengembangan KEK.
Hal ini akan dilakukan dengan landasan Penelitian dan Pengembangan Keberlanjutan, dimana melalui kerja sama dengan institusi lokal, seperti Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), dan semangat ekonomi kreatif, PT MPRD telah mengembangkan dan menerapkan praktik kreatifitas untuk mengubah sampah menjadi komoditas bagi masyarakat, untuk berbagai sektor, termasuk pariwisata.
Contohnya, pengomposan dengan menggunakan mikroba, untuk menghasilkan kompos berkualitas lebih tinggi dengan lebih cepat, untuk pengembangan agrikultur di KEK Likupang.
2. Konservasi
Sebagai kawasan warisan alam yang sangat berharga, PT MPRD berdedikasi untuk menciptakan destinasi ekowisata dengan penekanan pada konservasi sebagai landasannya.
Melalui kerja sama berkelanjutan dengan Lembaga Nasional dan Internasional, seperti: Unsrat dan Centre de Coopération Internationale en Recherche Agronomique pour Le Developpement (CIRAD), serta kerja sama dengan yayasan lokal yaitu: Yayasan Indonesia Biru, PT MPRD sedang mengembangkan kerangka kerja konservasi, yang baru dan memberikan penekanan pada penghidupan masyarakat yang menyertakan kelangsungan hidup lingkungan alam kita.
Hal ini akan dilakukan dengan menggunakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu dimana kami mempertimbangkan wilayah Daratan dan Maritim sebagai satu kesatuan, karena keduanya terintegrasi dan saling mempengaruhi, dan pembentukan komunitas ‘Wallace Conservation Licoupang’, yang merupakan komunitas yang didedikasikan untuk menciptakan kesadaran dengan mengedukasi penduduk lokal dan wisatawan tentang keanekaragaman alam dan budaya, yang telah lama ada di Minahasa Utara.
Dengan menerapkan metode pemikiran ini, bersamaan dengan kemitraan antara Yayasan Indonesia Biru dan CIRAD yang diakui oleh Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Perancis Emmanuel Macron, PT MPRD berencana untuk menerapkan praktik-praktik konservasi terbaik yang ada di berbagai taman nasional, setara dengan standar tertinggi di seluruh dunia. dunia.
Norma dan budaya Indonesia akan tetap dikedepankan dalam menerapkan praktik konservasi yang berstandar internasional ini. Sekaligus dalam mengadaptasi standar ini, melakukannya dengan tetap mengindahkan budaya konservasi Indonesia yang diakui secara internasional.
Dengan menjaga dan melestarikan lingkungan alam di kawasan ini, sektor pariwisata akan mampu menonjolkan keunikan dan keindahan alam yang ada di Likupang, sekaligus mendukung praktik konservasi yang dijalankan di dalam zona KEK.
3. Infrastruktur Sosial
Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, KEK Likupang mempunyai tujuan untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitarnya. Namun, untuk memastikan standar pelayanan yang tinggi bagi para tamu dan wisatawan, proyek peningkatan kapasitas harus disertakan dalam program pembangunan.
Perlu dicatat bahwa hal ini tidak hanya mencakup bidang perhotelan saja, karena para tamu dan wisatawan akan menuntut lebih banyak atraksi, fasilitas, suvenir atau barang baru, serta fasilitas dan layanan lainnya untuk membuat pengalaman mereka berkesan.
Untuk melakukan hal ini, dengan dukungan Pemerintah Daerah dan Pusat, KEK Likupang bertujuan untuk menciptakan proyek peningkatan kapasitas yang melibatkan masyarakat, untuk memastikan bahwa penduduk setempat dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai standar, di berbagai tingkat pembangunan yang berbeda, yang diterapkan di dalam KEK Likupang.
Hal ini akan memastikan bahwa masyarakat lokal akan melihat dan merasakan sendiri manfaat dari model pembangunan ekonomi yang menciptakan lapangan kerja.
Contoh dari hal ini dapat dilihat pada pengembangan resor, yang dikenal sebagai The Pulisan, di mana hampir semua anggota staf direkrut dari desadesa terdekat yaitu Pulisan dan Kinunang.
Contoh lain terlihat pada proyek NoMA Adventure yang merekrut dan melatih penduduk setempat untuk menjadi ‘Penjaga Alam’ yang akan bertindak sebagai pemandu dan penjaga kegiatan petualangan alam, seperti hiking, panjat tebing, menyelam, dan kayak, serta menjadi juru kunci hutan yang akan mendukung kegiatan konservasi lainnya di KEK, yang hanya diperbolehkan untuk para pendaki berpengalaman dan bersertifikat untuk memasuki kawasan hutan yang lebih terpencil.
Melihat masyarakat yang sudah ada di Likupang, PT MPRD juga memahami bahwa tidak semua orang mau bekerja di industri pariwisata atau perhotelan.
Oleh karena itu, dengan menggunakan penelitian dan pengembangan yang didukung oleh institusi, PT MPRD juga akan mulai memperkenalkan metode produksi yang lebih maju, berkelanjutan, dan efisien kepada masyarakat lokal di KEK Likupang dan membantu mereka menerapkan praktik-praktik tersebut di industri yang sudah ada, seperti industri perikanan dan pertanian.
Dengan melakukan hal ini, PT MPRD berharap dapat memberikan masyarakat setempat praktik penangkapan ikan yang lebih baik dan efisien, serta berkelanjutan, hingga dapat meninggalkan praktik penangkapan ikan konvensional yang ada di Likupang.
Praktek-praktek konvensional ini sangat merusak lingkungan hingga mengakibatkan rusaknya karang dan hilangnya habitat reproduksi ikan. Praktik pertanian saat ini juga menggunakan metode tebang dan bakar konvensional, yang keduanya merusak alam dan habitat.
Untuk mempromosikan kekayaan warisan budaya Minahasa Utara, KEK Likupang sedang mempersiapkan konsep pengembangan yang akan mendukung komunitas pengrajin lokal, dengan tujuan untuk menciptakan aksesibilitas bagi pengrajin lokal dengan menggunakan peralatan yang lebih tepat dan canggih, sehingga mereka dapat menciptakan seni, kerajinan dan produk kerajinan bermotif tradisional yang memiliki kisah unik budaya Minahasa Utara, dan mampu dipasarkan kepada wisatawan lokal maupun internasional.
Ekowisata
Sebagai sebuah bangsa, Indonesia selama ini sudah menjadi negara tujuan wisata, yang terkenal dengan keindahan alamnya. Namun, belakangan ini tempat-tempat wisata massal mengalami degradasi paling parah, sebagai akibat sampingan yang buruk dari pariwisata.
Dengan menerapkan tiga pilar sebelumnya dalam pengembangan KEK Likupang, maka dapat tercipta destinasi ekowisata yang tidak hanya ramah terhadap lingkungan, tetapi juga dapat membantu regenerasinya, sekaligus mengakses pasar pariwisata Asia Timur, yang merupakan wilayah dengan jarak yang relatif dekat.
Hal ini didukung dengan mulai di buka kembali penerbangan langsung dari Cina, Jepang dan Korea Selatan ke Manado, serta penerbangan langsung dari negara-negara lain yang direncanakan akan dibuka kembali dalam waktu dekat.
PT MPRD juga sedang mengembangkan konsep Marina kelas dunia, yang ramah lingkungan, hingga akan menjadi salah satu pintu masuk dan keluar Indonesia, dengan aspirasi untuk menarik pangsa pasar Yachting yang sedang berkembang di seluruh dunia dan sering melintasi di berbagai wilayah di negara ini.
Konsep Marina yang dibuat akan menciptakan efek tetesan kebawah atau trickle-down effect kepada masyarakat, dengan memberi kesan yang berarti (memorable) ketika tamu atau wisatawan itu berhenti dan membeli sesuatu.
Rangkaian proses ini akan memberi pendapatan tambahan bagi beberapa tempat wisata bahari di seluruh Indonesia.
Di KEK Likupang sendiri, wisatawan dapat merasakan berbagai macam petualangan, baik dengan menelusuri dan menjelajahi misteri yang terdapat di dalam hutan Likupang, untuk mengekspos mereka terhadap spesies flora dan fauna yang telah terdokumentasi, atau berlayar dari Yacht and Sailing Club untuk mengalami petualangan yang pernah dialami nenek moyang kita.
Belum lagi, petualangan menyelam dan kemungkinan menemukan berbagai spesies unik di dunia bawah laut, dan diakhiri dengan beristirahat dengan nyaman di tepi pantai kelas dunia.
Saat ini, kawasan Likupang merupakan tempat favorit bagi para penyelam dan pendaki, dengan lebih dari tiga puluh lokasi penyelaman terkenal di dekat Tanjung Pulisan yang menjadi rumah bagi beberapa ekosistem bawah laut yang paling indah dan beragam yang pernah ada di dunia.
Selain itu, terdapat kawasan hutan yang menjadi rumah bagi ratusan spesies darat yang istimewa dan endemik. Dengan melindunginya, kita dapat menjamin keberlangsungan serta keberlanjutan dari destinasi wisata ini.
Menjaga keindahan alamnya dengan sendirinya akan dimungkinkan dengan mengembalikan kesehatan alam, seiring dengan berjalannya waktu. Karena untuk membiarkannya tentu hanya akan memperburuk keadaan.
Wisata regeneratif ini juga akan menjadi model strategi dalam menciptakan pasar wisata satwa liar dan alam lain yang sedang menjadi tren. Para tamu akan dapat dengan tenang dan penuh kesadaran memilih lokasi wisata ini, karena mereka selain dapat merasakan fasilitas dan akomodasi yang baik, juga dapat berperan serta dalam program regenerasi komunitas global, yang telah diabaikan selama beberapa abad terakhir.
Dengan mengikuti pilar-pilar tersebut, dan menjaga regenerasi Likupang yang indah, KEK Likupang akan menjadi model teladan dalam menciptakan utopia, di mana manusia, ekonomi dan alam bisa hidup secara harmonis, sekaligus mengembangkan destinasi yang berkesan. (*/don)