Data Penderita HIV Positif Kota Manado, Ini Kata Kadinkes Bobby Kereh

Bobby Kereh. (ist)

NPM, MANADO – Dinas Kesehatan Kota Manado melalui Promosi Kesehatan (Promkes) melakukan sosialisasi pencegahan penularan HIV ke Masyarakat.

Plh Kepala Dinas Kesehatan Kota Manado, Bobby Kereh SH di dampingi Kepala bidang (Kabid) Pencegahan Pengendalian Penyakit dr Sisilia Kumaat MPh menyampaikan data resmi terkait penderita HIV Positif dari tahun 2021 sampai dengan 2023.

Tahun 2021, dari jumlah yang di tes 8282 positif HIV ada 135 atau sekitar 16 persen.

Tahun 2022, jumlah yang di tes 16152 ada 195 positif HIV atau 11 persen, kemudian tahun 2023, 15340 ada 238 yang positif HIV atau sekitar 15 persen.

Sedangkan tahun 2024 dari bulan Januari – Juni ada data sekitar 310.

“Namun, data 310 dari RS RD Prof Kandou dan rumah sakit lainnya belum di pilah,” ujarnya.

Ia mengatakan, keseluruhan pasien RS Prof. Kandou adalah rujukan dari Indonesia timur.

“Nah, karena belum di pilah, jadi untuk kota Manado belum diketahui jumlahnya dan datanya nanti ditarik pada akhir tahun,” sebutnya lagi.

Sebelumnya data 101 pengidap HIV positif seperti yang diberitakan beberapa media, ia tak bisa memberi komentar lebih karena data resminya harus dari pemerintah.

“Torang juga tidak bisa menolak, bilang dorang salah tinggal media dan masyarakat yang berkesimpulan. Karena data resmi adalah yang harus di rilis dari pemerintah,” ucap Kereh.

Menurut Kereh, dari data 101 pengidap dalam kurun waktu 6 bulan datanya dari mana dan hasil 101 itu indikatornya apa yang dipakai.

Dia berharap ke depan jumlah kasus penderita HIV menurun dari data yang dipaparkan tadi 3 tahun terakhir.

Begitupun dengan kesadaran masyarakat tentang bagaimana upaya agar tidak terjangkit HIV.

“Disarankan kepada masyarakat agar mengunakan alat kontrasepsi seperti kondom untuk hubungan yang beresiko,” ucapnya.

Dia mengimbau jangan menggunakan narkoba, apalagi narkoba yang menggunakan jarum suntik.

“Karena penularan HIV AIDS, paling cepat tertular pada penggunaan jarum suntik,” pungkas Bobby Kereh.

Sementara kabid dr Sisilia Kumaat mengatakan, semakin banyak ditemukan kasus justru baik dan menjadi tahu. Bahkan, orang yang menderita HIV akhirnya bisa tahu kondisinya.

“Kalau sekarang obat HIV akan meningkatkan kualitas hidup dan tidak akan sampai berujung pada kematian. Bahkan obat HIV semakin bagus sampai mencegah penularan”.

“Jadi kalau orang sudah minum obat HIV secara teratur, dia punya replikasi virus HIV di dalam tubuh tidak terdeteksi oleh alat pemeriksaan dan tidak akan berpotensi menular,” ucap Kumaat.

Jadi, kata Kumaat, tujuan akhir dari penanggulangan HIV adalah menemukan kasus sebanyak-banyaknya.

“Begitu torang temukan kasus, dia tahu dia sakit, pastinya akan berobat. Nah, begitu dia berobat, maka rantai penularan justru akan terputus,” tegasnya.

Dari kemenkes justru dinas kesehatan Manado diberikan target temukan sebanyak banyaknya. Dimana, belasan ribu yang di tes jadi perluas layanan tes.

“Sekarang torang pelayanan tes di semua Puskesmas, semua ibu hamil dan yang beresiko di streaming HIV,” ucap Kumaat.

Ia mengatakan, HIV itu seperti fenomena gunung es, diatas kecil dan dibawah besar.

“Yang di bawah ini yang berusaha torang temukan. begitu dorang muncul ke permukaan, torang intervensi. Torang obati maka akan mencapai itu ending Aids in 2030,” pungkas Kabid Kumaat. (fer)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *