NEW POSKO MANADO – Rangkaian menyambut Hari Raya Nyepi sudah mulai terlaksanakan, di setiap daerah yang memiliki mayoritas umat Hindu sudah mulai mempersiapkan segala bentuk sarana yang akan digunakan pada proses melasti, ngerupuk (Taur Kesangga) dan lain-lain.
Di Sulawesi Utara khususnya kota Manado tidak kalah semangat untuk mempersiapkan sarana Hari Raya Nyepi, mulai dari mencari bahan-bahan seperti kelapa, pisang, daun-daunan, bambu dan lain sebagainya yang dalam bahasa Bali biasa disebut Ngayah mencari reramon.
Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong oleh umat Hindu kota Manado.
Seluruh rangkaian persiapan dilaksanakan bersama-sama, seluruh pihak terkait baik bapak-bapak, ibu-ibu, dan generasi muda.
Prinsip Ngayah terus digaungkan agar seluruh umat yang melakukan persiapan rangkaian Nyepi memang berlandaskan akan tulus ikhlas.
Konsep Ngayah merupakan tradisi unik di Bali yang diwariskan turun-temurun hingga saat ini, yang dapat diartikan sebagai hubungan vertikal dengan Tuhan sabagai wujud persembahan suci tanpa pamrih.
Kegiatan ngayah yang dilaksanakan 24-27 pebruari 2022 di Natar Pura Jagatdhita Taas, Manado untuk mempersiapkan sarana banten yang dibuat oleh ibu-ibu (serati banten) untuk rangkaian proses Melasti.
Sebelum umat Hindu melaksanakan upacara melasti terlebih dahulu dilaksanakan mendak/nedunang ida betara dari masing-masing pura di kota Manado seperti pura ganesa SPN, pura Prajapati, pura Usadda RS Kandow dan pura Swastika Taruna kemudian diarahkan ke pura Jagatdhita taas Manado sehingga proses upacara melasti dilaksanakan satu kali dari pura Jagatdhita menuju taman berkat Boulevard Manado pada tanggal 28 Februari 2022.
Melasti merupakan upacara persembahyangan yang bertujuan untuk menyucikan diri serta benda sakral milik pura (pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya).
Upacara melasti dilaksanakan di sumber air (pantai) yang dalam kepercayaan Hindu, air adalah sumber kehidupan atau disebut tirta amerta.
Jika kita kaitkan upacara Melasti dengan bhuana agung (alam semesta) dapat diartikan tujuan melasti untuk meningkatkan kelestarian alam lingkungan, menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam lingkungan. Pelaksanaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajian sebagai simbol trimurti, 3 dewa dalam agama Hindu yaitu Wisnu, Siwa dan Brahma.
Setelah melaksanakan upacara Melasti di taman berkat Boulevard kemudian pratima/pralingga dari ida betara akan di sungsung bersama di pura Jagatdhita.
Selesai upacara Melasti akan dilaksanakan rangkaian Nyepi lainnya yaitu pembagian sembako kepada umat Hindu dan umat yang membutuhkan.
Pembagian sembako ini dari hasil dana sukarela dari umat kota Manado sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan karena telah diberikan kesehatan, keselamatan dan rejeki.
Kegiatan pembagian sembako ini dilakukan tiap tahun (tiap menyambut hari raya Nyepi).
Pada Rabu 2 Maret 2022 akan diadakan upacara ngerupuk/tawur kesangga yang merupakan rangkaian dari hari raya Nyepi yang akan dilaksanakan pada natar jabe tengah pura Jagatdhita. Ngerupuk/Tawur Kesangga adalah upacara Bhuta Yandya yang dilakukan untuk kesejahteraan dan keselarasan alam.
Tawur Kesangga bertujuan untuk membersihkan dan mewisuda bumi sebelum Nyepi. Biasanya pada proses ngerupuk akan ada beberapa ogoh-ogoh yang nantinya diarak di sekeliling kampung. Namun karena kondisi pandemi proses mengarak ogoh-ogoh di kota Manado ditiadakan padahal itu adalah bentuk dari adat dan ritual yang seharusnya dilaksanakan.
Pada keesokan harinya tepatnya tanggal 3 Maret 2022 seluruh umat Hindu di Indonesia akan melaksanakan Catur Brata penyepian di rumah masing-masing. Catur Berate penyepian adalah pandangan pada hari raya Nyepi yang berupaya membangun konsentrasi dengan tenang agar seseorang kembali kepada jati diri mereka.
Catur berate penyepian ditempuh dengan cara meditasi, shamedi, dan perenungan diri sendiri di suasana yang hening serta biasanya dilaksanakan 24 jam.
Adapun 4 pantangan yang dimaksud adalah amati geni (tidak boleh menyalahkan api/lampu dan tidak boleh mengobarkan hawa nafsu), amati karya (tidak melakukan pekerjaan baik kegiatan fisik atau lainnya), amati lelungan (tidak berpergian kemana-mana), dan amati lelanguan (dilarang melakukan hiburan, rekreasi atau bersenang-senang).
Setelah 1 hari melaksanakan catur berate penyepian selanjutnya adalah Ngembak Geni yang menjadi momen umat Hindu untuk mendapatkan keteguhan hati serta kesucian selama kurun waktu satu tahun sekaligus saling memaafkan pada sesama agar mendapatkan berkat dari Sang Hyang Widhi. (*)