NPM, Manado – Tiga atlet Hapkido asal Sulawesi Utara, Karin Tanwijaya, Kezia Umboh, dan Andre Waturandang tampil luar biasa di Kejuaraan Asia Tenggara Hapkido di Jogjakarta, 13-15 Juni 2025.
Ketiganya mempersembahkan tiga medali emas untuk Indonesia terlebih khusus Sulawesi Utara.
Karin membuka kejutan dengan menumbangkan dua peraih emas PON XXI dari Indonesia di kelas berbeda, menunjukkan taji sebagai petarung sejati.
Sedangkan Kezia tampil dominan, menghajar Malaysia 23–3 dan Thailand 26–16, memperlihatkan kelasnya sebagai juara sejati.
Sementara Andre, personel Tim Tarsius Bitung, bertarung dramatis melawan Thailand (15–14) sebelum menggulung Kamboja dengan skor telak 17–1.
“Ini bukan sekadar kemenangan. Ini bukti nyata bahwa Sulawesi Utara bukan hanya hadir, tapi memimpin,” ujar Ketua Hapkido Sulut, Audy Pangemanan, Minggu.
Hapkido, lanjut Audy Pangemanan, menunjukkan sebagai petarung seperti yang selalu ditegaskan Gubernur Sulut Yulius Selvanus.
“Kita ini adalah masyarakat petarung, dan kini dunia pun menyaksikannya,” tuturnya.
Apa yang terjadi di Kejuaraan Asia Tenggara Hapkido 2025 bukanlah sebuah kejutan, ini adalah konfirmasi.
Sejak lama, atlet-atlet Sulawesi Utara dikenal dan ditakuti di arena pertarungan. Bukan tanpa alasan, karena Tuhan menganugerahkan gen petarung kepada masyarakat Sulut.
Jejak sejarahnya jelas. Lihat saja pada PON Aceh–Medan 2024 lalu, dari 10 medali emas untuk Sulut, tujuh di antaranya berasal dari cabang olahraga petarung Hapkido, Tinju, dan Kick Boxing.
“Ini bukan kebetulan, ini tradisi,” ujarnya.
Kini, Hapkido Sulut melangkah lebih jauh menjadi kekuatan Asia Tenggara.
“Perlu dicatat, ini baru tiga orang. Di balik mereka, masih banyak atlet Hapkido Sulut yang menunggu giliran diorbitkan bahkan telah dipersiapkan hingga dua sampai tiga lapis di bawahnya.
Semua dibina oleh pelatih Juara Hapkido Asia Jacky Waturandang, sebagai mantan juara Asia yang dikenal keras, disiplin, dan berdedikasi penuh membentuk atlet bertaraf juara.
Inilah saatnya Sulut difasilitasi dengan serius dan diberi ruang lebih luas. Karena jika potensi besar ini dikelola dengan sungguh-sungguh, Sulut akan menjadi barometer olahraga petarung di Indonesia bahkan Asia.
Seperti yang selalu digaungkan oleh Gubernur Yulius Selvanus Komaling.
“Masyarakat Sulawesi Utara adalah masyarakat petarung,” tandasnya. (don)