NPM, Manado – Telah beredar informasi yang menyebutkan bahwa Serka Royke Barahama, seorang Bintara Pembina Desa (Babinsa) di Kelurahan Pandu, diduga mengancam seorang wartawan melalui media sosial.
“Dengan ini kami menyampaikan bahwa informasi tersebut tidak benar dan menyesatkan,” tegas Serka Royke Barahama, Minggu (28/9/2025).
Serka Royke Barahama menjelaskan bertindak dalam kapasitasnya sebagai Babinsa yang mendampingi pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah program prioritas dari Presiden Prabowo Subianto.
Dalam menjalankan tugas tersebut, Serka Royke telah bekerja sesuai prosedur dan wewenangnya.
Royke Barahama mengungkapkan saat berada di Rumah sakit Teling untuk berobat, Ia menerima telepon dari Ibu Ratna Dewi Bauty, Kepala Sekolah SMP Negeri 18 Pandu.
Dalam panggilan tersebut, dilaporkan bahwa telah ditemukan plester luka dengan bercak darah di dalam salah satu paket makanan MBG yang dibagikan kepada siswa.
Menanggapi laporan tersebut, Serka Royke langsung melaporkan kejadian kepada Bapak Stefano, Kepala SPPG Mapanget, dan meminta agar Stefano segera menuju lokasi.
Royke juga melaporkan kejadian tersebut kepada atasan di satuan, yaitu Kapten Cke Albert Lengkoan (Pasiter Kodim 1309/Manado).
Royke menambahkan pada Jumat, (26/9/2025), Ia kembali dihubungi Kepala Sekolah SMPN 18 Pandu, yang menyampaikan bahwa dirinya merasa diancam melalui pesan WhatsApp oleh seorang jurnalis bernama Ibu Rosnawati Rastjama.
Sebagai bagian dari tugas pendampingan, Royke kemudian meminta nomor kontak Ibu Rosnawati dan menghubunginya guna menanyakan maksud dari pesan tersebut.
Dalam percakapan, Ibu Rosnawati mempertanyakan kapasitas Serka Royke, yang dijelaskan bahwa dirinya bertugas sebagai Babinsa pendamping program MBG di SMPN 18 Pandu.
Dalam percakapan tersebut, Serka Royke menyarankan agar klarifikasi atau konfirmasi sebaiknya dilakukan langsung kepada pihak yang bertanggung jawab atas program MBG, yakni Kepala SPPG Bengkol, Bapak Stefano.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh kejadian sudah dilaporkan kepada komando atas.
Namun, saat Ibu Rosnawati bertanya apakah plester luka tersebut mengandung HIV, Serka Royke menyatakan bahwa pertanyaan tersebut akan diteruskan kepada pimpinan.
Setelah pernyataan itu, Ibu Rosnawati langsung menutup telepon.
Royke mengungkapkan tidak ada nada ancaman atau intimidasi dalam komunikasi antara Serka Royke Barahama dan Ibu Rosnawati Rastjama.
Ia menjalankan tugas sesuai protokol dan kewenangan sebagai Babinsa pendamping program MBG.
“Upaya lanjutan untuk menghubungi Ibu Rosnawati guna memberikan klarifikasi lebih lanjut tidak berhasil, karena yang bersangkutan tidak merespon panggilan dan tidak berada di kediamannya,” jelas Royke.
Dalam hal ini, Serka Royke menyayangkan penyebaran informasi yang tidak berdasar dan dapat merusak citra aparat yang tengah melaksanakan tugas negara.
“Kami meminta masyarakat dan media untuk menjunjung tinggi asas klarifikasi dan keberimbangan informasi sebelum menyebarkan isu-isu yang belum terverifikasi,” pungkasnya. (fer)