Mahasiswa Pariwisata Observasi Pulau Bunaken, Sorot Fasilitas Wisata

Para mahasiswa/wi Pariwisata Budaya dan Agama IAKN Manado sata berada di Pulau Bunaken. (foto istimewa)

NPM, Bunaken –  Studi luar kelas bagi mahasiswa bagian dari konsep pembelajaran yang lebih fleksibel dan kontekstual.

Hal tersebut menjadi inti dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Studi luar kelas berarti mahasiswa belajar tidak hanya di ruang kelas, tapi juga langsung di lapangan atau dunia nyata.

Mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Kegiatan perkuliahan seperti ini bertujuan :
1. Meningkatkan kompetensi lulusan
2. Menyiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja nyata
3. Memberikan pengalaman belajar yang lebih beragam dan fleksibel.

Pusat informasi wisatawan. (ist)

Students Outdoor activity atau kegiatan belajar luar kampus belum lama ini dilakukan oleh Mahasiswa Institut Agama Kristen Negeri Manado (IAKN), jurusan Pariwisata Budaya dan Agama dibawah asuhan Dosen Dr Drevy Malalantang, M.Pd.

Lokasi yang dipilih untuk perkuliahan luar kampus adalah Pulau Bunaken sebagai Destinasi primadona dari Sulawesi Utara.

“Secara komprehensif, outdoor class ini mempelajari dan mengimplementasikan beberapa subjek seperti objek dan daya tarik wisata, operasi perjalanan wisata, guiding, promosi pariwisata pemasaran, hubungan masyarakat dan metodologi penelitian,” jelas Dr Drevy Malalantang, Sabtu.

Direktur STIEPAR Manado ini menambahkan, perjalanan menuju Pulau Bunaken ditempuh sejauh 15 km dengan menumpang speed boat berkapasitas 30 orang.

Spead boat dilengkapi dengan alat keselamatan seperti life fest, toilet dan layanan untuk aktifitas snorkeling.

“Perjalanan menuju persinggahan pertama yakni Dermaga Tanjung paser di ujung Pulau Bunaken,” tambahnya.

Dermaga Taman Laut Bunaken Liang. (ist)

Putri Malingkas, salah satu Mahasiswi yang mengikuti kegiatan ini mengatakan beberapa hasil observasi di objek wisata tanjung paser adalah Dermaga yang dibangun bersamaan dengan penataan Kawasan Malalayang dengan anggaran Rp 94 miliar.

Di mana, objek wisata itu diresmikan oleh Presiden Jokowi tahun 2021 lalu kurang maksimal pemanfaatan dan pengelolaannya.

Fasilitas toilet kurang terawat, tourist information center (pusat informasi wisatawan) terkesan hanya formalitas.

Tidak ada petugas yang menghuni alias tutup. Pun beberapa ruangan yang tidak jelas peruntukan dan pemanfaatannya.

“Miris. Fasilitas yang dibangun untuk publik tidak mampu dikelola secara maksimal oleh pemerintah daerah melalui instansi terkait,” ujar Putri.

Perjalanan dilanjutkan sejauh 3 km laut menyusur pesisir Pulau Bunaken menuju Dermaga Taman Laut Bunaken Liang untuk melanjutkan Observasi.

Kegiatan outdoor campus ini meng-observasi beberapa aspek penting terkait sebuah destinasi yakni Atraksi, Amenities, Aksesibilitas dan Ancillary dari destinasi wisata Pulau Bunaken.

Rizky Mandagi, Mahasiswa ini menuturkan kesan umum nya sebagai wisatawan lokal bahwa objek wisata ini (Liang) sebagian pada pusat Kuliner dan souvenir terkesan kumuh dan kurang elok.

“Hasil wawancara saya kondisi seperti ini sudah lama dan tidak pernah berubah. Penampakan toilet tidak menunjukan atau merepresentasi sebuah objek wisata yang berkelas sebagaimana Bunaken yang dikenal sebagai objek wisata terkenal di Mancanegara,” terangnya.

Hal lain juga bahwa Atraksi dan aktifitas yang dapat dilakukan di objek wisata ini sangat kurang, hanya terbatas pada snorkeling dan diving saja.

Belum nampak Atraksi penunjang seperti Atraksi Wisata terkait Budaya ataupun hiburan yang membuat Wisatawan betah dan puas mengunjungi bunaken.

“Hal ini perlu penanganan serius oleh pihak terkait,” ujar Risky.

Setelah seharian Mahasiswa melakukan Observasi, kegiatan dilanjutkan dengan aktivitas air yakni Atraksi snorkeling dan stand up paddling sebelum kembali ke Kota Manado. (don)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *